Ini juga merupakan salah satu profesi yang sampai saat ini masih aku jalani , terlebih lagi kebetulan istriku juga berprofesi sebagai seorang Penjahit. Jadi bila kerjaan servis lagi sepi atau punya banyak waktu luang maka saya sempatkan untuk "ngewangi"(bahasa jonegoroan :membantu) njahit terlebih lagi jika kerjaan istri sedang menumpuk.
Berawal saat merantau ke jakarta disitulah untuk kali pertama saya mengenal dunia jahit menjahit. Saat itu job yang dikerjakan adalah menjahit sepatu karena konfeksinya dapat orderan dari pabrik sepatu. Sekitar satu setengah bulan kerja di jakarta saya sudah bisa menjalankan mesin jahit, karena sistem kerja borongan maka pada awalnya tentu hasilnya belum maksimal.
kemudian pernah juga suatu saat kerja di Surabaya tepatnya di konfeksi Vaniny alamatnya di jalan Kupang baru Surabaya. Setelah itu pindah kerja menjahit tikar lipat di jalan kertajaya Surabaya.
saya baru belajar menjahit secara formal ketika ikut pelatihan jahit selama sebulan di LBK Bojonegoro yang berada di Ngumpakdalem Dander yang difasilitasi oleh dinas sosial Kabupaten Bojonegoro . Kemudian ikut juga pelatihan selama seminggu di Surabaya yang difasilitasi disnakertrans pemprov jatim.
Saya juga pernah ikut pelatihan bordir di Balai latihan kerja yang di fasilitasi pemkab Bojonegoro, juga pernah ikut tes sertifikasi menjahit bidang garmen dan berhasil lulus.
AKHMAD BASUKI personal blog
The story of my life
Minggu, 03 Juli 2016
Jadi Penjahit
Senin, 29 Februari 2016
Kerja di Malaysia
Samar samar terdengar suara motor dari kejauhan sesaat kemudian pemimpin rombongan memberi komando "tiaraaaaap" maka kami semua langsung tiarap di semak semak. Setelah itu beberapa motor trail lewat yang konon katanya mereka adalah para polisi Malaysia yang sedang patroli. Saat para polisi sudah cukup jauh barulah kami berani berjalan lagi. Begitulah perjalanan pertama kali saya menginjakkan kaki di negeri jiran Malaysia.
Dengan uang dari jual motor butut dan sebagian dapat tambahan uang dari adikku, aku nekat ikut berangkat ke Malaysia jadi TKI ilegal. Dengan mendaftar kepada seorang "tekong"(seorang penyalur TKI ilegal) tetangga desa yaitu desa Tlogoagung. Kami berangkat pada malam hari ke kota Solo bergabung dengan teman teman dari daerah lain. Setelah menginap sehari semalam di Solo, kami berangkat naik bus ALS menuju Pekanbaru.
Naik bus dari Solo sampai Pekanbaru membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 hari membuat kaki sampai bengkak apalagi saat itu terjadi kemacetan di tengah perjalanan hampir seharian penuh. Setelah bermalam di Pekanbaru esok harinya perjalanan dilanjutkan ke pulau Rupat melalui jalur air dengan boat. Di pulau Rupat ditampung di tempat penampungan sambil menunggu giliran untuk diseberangkan ke Malaysia. Setelah 5 hari tiba saatnya kami dapat giliran untuk diseberangkan.
Saat tengah malam kami yang berjumlah sekitar dua puluh orang diseberangkan dengan sebuah boat bermesin lima. Atas perintah sang tekong kami diharuskan memakai pakaian gelap supaya tidak mudah terlihat dari kejauhan oleh polisi Malaysia. Namun ketika kami sudah berada di tengah lautan dan sudah mendekati bibir pantai Malaysia, kapal patroli polisi Malaysia mengetahuinya sehingga kami putar balik ke tengah laut dan terjadi kejar kejaran antara kapal boat yang kami tumpangi dan polisi Malaysia bahkan polisi sempat menembakan tembakan peringatan walaupun akhirnya kami berhasil lolos kembali ke tengah lautan.
Menjelang subuh akhirnya kami berhasil masuk ke Malaysia di pantai yang berlumpur sampai lutut. Berjalan tertatih tatih di lumpur dalam keadaan gelap gulita sungguh merupakan perjuangan yang sangat melelahkan laksana tentara yang sedang perang gerilya.
Tiga setengah bulan di Malaysia adalah waktu yang sangat mendebarkan, sebab tiap saat selalu dihantui rasa khawatir tertangkap polisi Malaysia.
Minggu, 13 Desember 2015
BAPAKKU
Sebenarnya sulit menggambarkan bagaimana bagaimana sosok bapakku, beliau adalah seorang pekerja keras, dan sangat sayang dengan keluarga. Beliau bagiku juga termasuk guru dan panutan dalam kehidupanku.
Teringat saat aku jatuh sakit flu, maka beliau selalu memijiti kepalaku agar berkurang cenut cenutnya. Pertama kali aku belajar mencangkul di sawah juga bapakku yang mengajarkannya, beliau juga yang mengajarkan aku membaca Al-quran.
Begitu besar jasa jasa orang tua kita, tidak mungkin kita bisa membalasnya, kita hanya bisa berdoa semoga beliau diterima di sisiNya, diterima amal baiknya dan diampuni semua dosanya.
Amin